Selasa, 09 Juni 2009

Maryamah Karpov (Buku Keempat dari Tetralogi Laskar Pelangi)

Rating:★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Andrea Hirata

Review ini sebagai kado ucapan terima kasih kepada Margareth "Maggie" yang telah menghadiahkan kepada saya sebuah buku untuk melengkapi tetralogi Laskar Pelangi saya, Maryamah Karpov. (Sebelumnya juga dikasih sama Margareth terus... Hahaha...) Sungguh, saya menelusuri seluk beluk buku ini selama 1 bulan sejak dibaca pada tanggal 1 Mei 2009 sampai 31 Mei 2009 dengan 3 bab per harinya. (Ini memang ide iseng saja)

Review ini juga sebagai bukti bahwa saya selalu mencermati setiap tulisan Andrea Hirata dari buku ke buku.

Sekilas, buku ini merupakan satu tautan dari buku-buku sebelumnya. Bagi Anda yang belum membaca buku sebelumnya, jangan membaca ini terlebih dahulu karena ceritanya ada beberapa bagian terdapat di buku sebelumnya. (Namanya juga tetralogi). Menceritakan yang akhirnya Ikal pulang setelah ujian sidangnya diterima. Dalam buku ini, Andrea menceritakan semua hal yang dia sembunyikan di dalam buku Laskar Pelangi (buku pertama Tetralogi Laskar Pelangi). Termasuk di dalamnya pencarian A Ling dan perjuangannya dalam membuat Mimpi - Mimpi Lintang.

Ada beberapa yang perlu saya garis bawahi mengenai buku ini yang benar-benar tak dapat masuk di akal sama sekali. Sama sekali!

1. Mana mungkin Ikal dapat membawa seluruh barang Zakiah yang banyak itu. Di buku sebelum-sebelumnya, Ikal itu dideskripsikan bertubuh kecil dengan rambut keriting, bukan bertubuh bodyguard. Jadi, apakah dia mampu membawa tas-tas berat dan koper serta kantong plastik? Saya rasa tidak! Apalagi dikatakan pula bahwa Arai mampu membawanya seperti sangat ringan.

2. Mengenai teori Archimedes-nya Lintang. Saya pikir penafsirannya benar-benar salah! Sangat salah! Tak mungkin bahwa 24 drum dapat mengangkat kapal yang karam seberat satu ton. Penafsiran saya adalah ketika drum dibawa ke dasar laut adalah hal yang sangat tak mungkin karena drum kosong itu sangatlah tidak dapat dibawa masuk ke dasar laut karena adanya perbedaan massa yang sangat rentan. Juga, gelembung besar yang dikatakan Andrea sangatlah tak mungkin karena saya pikir drum tak ada yang memiliki jalan masuk yang besar.

3. Bagaimana bisa Ikal masuk ke dalam dasar laut tanpa oksigen dan hanya dilengkapi lampu saja? Hayah!

4. Beberapanya belum saya catat, sebenarnya masih banyak.

Perkembangan literer setiap kalimat Andrea benar-benar menawan. Sangat berbeda bagaimana cara dia mendeskripikan setiap kalimatnya di buku-buku sebelumnya. Perkembangan yang sangatlah pesat.

Namun perkembangan itu malah membuat Andrea seperti orang yang terbata-bata dalam menceritakan segala sesuatunya. Banyak hal yang terasa seperti diulang-ulang dan benar-benar seperti menyaksikan sebuah film drama yang begitu menyiksa. Apalagi ada beberapa bab yang rasanya tak mengganggu bila dihilangkan seperti "Calon Grand Master Catur Itu Merah Mukanya", "Juru Muda Pompa", dan "Nai"

Nah, kalau di beberapa blog kawan dan Goodreads menyarankan tak apa jika tidak membaca daripada mengalami kekecewaan, saya tak akan menyarankan itu. Itu semua kembali kepada Anda apakah Anda ingin menuntaskan tetralogi ini atau tidak.

Dan satu lagi, ini hanyalah resensi yang bersifat subjektif serta kembali kepada pembacanya.


35 komentar:

  1. ahli fisika bgt sih loeeeeeeee
    fisika ga prnh reme
    teori ngerti... gila nih anak

    BalasHapus
  2. Nah, kalo sama sekali kagak baca itu buku, bakal kecewa kagak Av?

    BalasHapus
  3. Wakakakak... Fisika itu mudah, kata Yohanes Surya

    BalasHapus
  4. Yah, paling ga kecewa dan dibonuskan tak tahu endingnya
    Hahaha...

    BalasHapus
  5. Belum berani kasih bintang, namun 3 untuk Av

    belum yakin juga apakah kemudian akan membaca buku ini (kecuali Av menghadiahkannya pada OM...kakakakaa)

    BalasHapus
  6. nginget2 lu baca ini
    gw jd inget akhirat..
    akhiratahitatahiratahiataakhirat

    BalasHapus
  7. Ah, aku tak berani berpendapat apakah harus atau tidak
    Kalau Om Damuh mau, silahkan di-PM alamat rumahnya, nanti dikirimkan

    BalasHapus
  8. Hahahaha... gue masih inget, sis
    Hirata... Hirata... Hirata... Ahirat... Ahirat... Akhirat... Ratiha...
    Hahahaha... itu kan cuma pengen gue buktiin saja benar ga, gitu lho!

    BalasHapus
  9. hehehe bencanda dik, yang jilid 3 saja belum kebaca...karena belum beli juga

    BalasHapus
  10. Kalau ga salah Gramedia sudah menyediakan tetraloginya sekaligus, kalau mau, silahkan atuh...
    kekekeke...

    BalasHapus
  11. ngingetny kyk org sakau tw ga
    wkwkwkwkwkwk..

    BalasHapus
  12. nah itu dia, belum niat meneruskan mancari dan mengumpulkan kelengkapannya

    BalasHapus
  13. Habisnya kan gue penasaran abis...
    Kok bisa jadi "Akhirat"
    Hahaha... =))

    BalasHapus
  14. Atau memang tak ingin? Kekekeke...
    Filmnya sudah, Om Damuh?

    BalasHapus
  15. gak yakin juga...huwahahaha..

    film? sudah, memang film berdasar pada unsur kriting saja

    BalasHapus
  16. Kok ga di-review? Aku selalu menanti review Om Damuh yang penuh blak-blakkan dan jujur.
    Aku malah ga suka dengan komentarnya Andrea di film itu, lebih mirip iklan...

    BalasHapus
  17. belum di tulis dik, sebenarnya pingin banget mereviewnya
    tapi takut jadi berkesan ....semuamuamuanya kok dibilang jelek...hehehee

    BalasHapus
  18. Lho? Itukan tergantung selera...
    kalau memang jelek, ya menurut pandangan subyektif memang jelek...

    BalasHapus
  19. cukup tidak memuaskan selera filmku dik

    bagian-bagian pentingya malah hilang
    gak seasyik novelnya

    BalasHapus
  20. Salah satunya bagian yang penyakit mothercomplex malah hilang, padahal aku menunggu yang bagian itu

    BalasHapus
  21. he..he..he..
    jangan suka gitu ah, Andra itu kan Orang Melayu dalam lulusan Universitas di Perancis lo :D

    BalasHapus
  22. Namun dalam cara penceritaannya memang gagal

    BalasHapus
  23. bener dik, si Trapani malah gak nongol sama sekali

    BalasHapus
  24. ukurannya lulusan luar negeri ya?

    duh, pantesan, lha aku cuma petani saja
    jadi sepertinya gak nyambung sama pola penuturannya
    apalagi filmnya
    kebiasaan liat rumput doang
    hahahahaa

    BalasHapus
  25. Namun banyak teori yang tak masuk di akal. Salah satunya teori Achimedes itu

    BalasHapus
  26. karena untuk memahami sebuah karya...rasanya belajar di sini saja cukup kok
    kan ilmu Archimedes ada di pelajaran IPA sekalah

    BalasHapus
  27. Mungkin karena ingin menerapkannya lebih jauh sehingga ilmunya jadi melenceng...
    Hayah!!!

    BalasHapus
  28. cape deh av
    nginget lu pengen ngakak nih

    BalasHapus
  29. good review..
    saya lebih dulu membacanya di Goodreads.

    jadi, buat apa dilanjutkan ?

    BalasHapus
  30. Karena saya dapat tetraloginya sekaligus dari orang yang sama
    Hahaha...

    BalasHapus
  31. Rate for the book is poor, Mengikuti tulisan hirata, karya penutup yang dinanti ini berakhir dengan hambar, padahal dibelain menempuh 60Km tuk ngantri buku ini... tapi jika ingat hirata, rasanya mengenalkan hirata & LP pada seseorang bukanlah sebuah keputusan yang salah, apalagi melihat hasilnya... ... demikian juga dengan Katon Bagaskara.

    BalasHapus
  32. aku belom baca seh :)
    coba ku baca dulu ya

    BalasHapus